Daftar Isi
Daftar Isi ………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar ……………………………………...……………… ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Bani Abbasiyah…………………………..…... 1
B. Tujuan ………………….……………………………………. 1
BAB II Pembahasan
A. Dinasti Abbasiyah………………………………….....……….. 2
B. Sejarah Berdirinya dinasti Abbasiyah…………..…………….. 3
C. Pola Pemerintahan Abbasiyah………………………………...5
D. Para Khalifah Dinasti Abasiyyah…………………………….. 7
E. Expansi Wilayah Dinasti Abbasiyah…………………………. 8
F. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah………………………………... 9
Bab III A. Kesimpulan & Penutup…………………..…………13
B. Daftar Pustaka……………………………………………….15
B. Tujuan ………………….……………………………………. 1
BAB II Pembahasan
A. Dinasti Abbasiyah………………………………….....……….. 2
B. Sejarah Berdirinya dinasti Abbasiyah…………..…………….. 3
C. Pola Pemerintahan Abbasiyah………………………………...5
D. Para Khalifah Dinasti Abasiyyah…………………………….. 7
E. Expansi Wilayah Dinasti Abbasiyah…………………………. 8
F. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah………………………………... 9
Bab III A. Kesimpulan & Penutup…………………..…………13
B. Daftar Pustaka……………………………………………….15
Kata
Pengantar
Puji syukur sudah sepatutnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas berkat kuasa, rahmat, dan hidayah-nya, Makalah perkembangan BANI ABBASYIAH ini dapat disusun dengan baik.
Keberhasilan dalam penyusunan buku ini, tidak terlepas dari semua pihak.Oleh karenna itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.Dalam penyusunan buku ini, didasari benar bahwa masih ada kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.Namun meskipun ada kekurangan, kami berharap semoga makalah (laporan) ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhirnya, kita kembalkan kepada Allah Swt. Dalam sehala persoalan.Mudah-mudahan kita semua mendapat lindungan dan pertolongan-nya.Amiin.
Puji syukur sudah sepatutnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas berkat kuasa, rahmat, dan hidayah-nya, Makalah perkembangan BANI ABBASYIAH ini dapat disusun dengan baik.
Keberhasilan dalam penyusunan buku ini, tidak terlepas dari semua pihak.Oleh karenna itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.Dalam penyusunan buku ini, didasari benar bahwa masih ada kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.Namun meskipun ada kekurangan, kami berharap semoga makalah (laporan) ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhirnya, kita kembalkan kepada Allah Swt. Dalam sehala persoalan.Mudah-mudahan kita semua mendapat lindungan dan pertolongan-nya.Amiin.
BAB I PENDAHULUAN
A . latar belakang
Ilmu pengetahuan merupakan
hal penting yang ada di kehidupan sehari- hari.Dimulai dari ilmu pengetahuan
ilmiah juga non ilmiah, semua merupakan suatu hal yang sudah menjadi makanan
pokok manusia dari masa ke masa hingga sekarang.Ilmu pengetahuan juga tidak
jarang dijadikan sebuah dasar perilaku dan tingkah laku manusia atau sebagai
pertimbangan harus bagaimana umat manusia di masa mendatang, dan juga ilmu
pengetahuan digunakan untuk mempelajari berbagai peristiwa yang bersifat
sejarah di masa lalu.
Ilmu pengetahuan berkembang pada zaman kekhalifahan Islam yang bisa disebut masa semi-modern, yaitu pada masa Abbasiyah.Dimana pada masa tersebut bermunculan teori teori dan ilmuwan ilmuwan handal dan terkenal hingga sekarang.Ilmu mereka pun mungkin masih digunakan hingga sekarang.
Ilmu pengetahuan berkembang pada zaman kekhalifahan Islam yang bisa disebut masa semi-modern, yaitu pada masa Abbasiyah.Dimana pada masa tersebut bermunculan teori teori dan ilmuwan ilmuwan handal dan terkenal hingga sekarang.Ilmu mereka pun mungkin masih digunakan hingga sekarang.
B.tujuan
A. Tujuan penulis untuk
menyusun makalah ini yaitu:
a. Mengetahui sejarah perkembangan dinasti Abbasiyah
b. Mengetahui khalifah-khalifah pada masa dinasti Abbasiyah
c. Mengetahui pola pemerintahan pada masa Abbasiyah
a. Mengetahui sejarah perkembangan dinasti Abbasiyah
b. Mengetahui khalifah-khalifah pada masa dinasti Abbasiyah
c. Mengetahui pola pemerintahan pada masa Abbasiyah
BAB II PEMBAHASAN
DINASTI ABBASIYAH
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar
dari Bani Umayyah. Mereka dapat memungkinkan untuk mencapai hasil lebih banyak
karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan
Abasiyyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abasiyyah ini
bukan sekedar penggantian dinasti, tetapi merupakan suatu revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang
sama pentingnya dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia
di dalam Sejarah Barat.
Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia,
sehingga banyak dipengaruhi oleh peradaban bangsa Persia.Jika bani Umayyah
dengan Damaskus sebagai Ibu Kotanya mementingkan kebudayaan Arab, maka bani
Abbasiyah dengan memindahkan Ibu kotanya ke Baghdad telah agak jauh dari
pengaruh Arab.Baghdad terletak di daerah yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Persia.Di samping itu, tangan kanan yang membawa Bani Abbasiyah
kepada kekuasaan adalah orang-orang Persia.Dan setelah berkuasa, cendekiawan
Persialah yang mereka jadikan sebagai pembesar-pembesar di istana.
Dengan naiknya kedudukan orang-orang Persia dan kemudian
orang-orang Turki dalam pemerintahan bani Abbasiyah, kedudukan orang-orang Arab
menurun.Masa ini bukanlah masa ekspansi daerah kekuasaan seperti pada masa
Umayyah tetapi masa pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam.Berbagai macam
disiplin keilmuan meningkat pesat. Perguruan Tinggi yang didirikan pada zaman
ini antara lain Baitul Hikmah di Baghdad dan Al-Azhar di Kairo yang hingga kini
masih harum namanya sebagai universitas Islam yang termasyhur di seluruh dunia.
Periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi
dan memiliki pengaruh walaupun tidak secara langsung pada tercapainya peradaban
modern di Barat sekarang.Periode kemajuan Islam ini menurut Christoper Dawson,
bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Eropa. Pada abad ke-11 Eropa mulai
sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur dan melalui
Spanyol, Sicilia , peradaban itu sedikit demi sedikit ditransfer ke Eropa. Dari
Islam-lah Eropa mempelajari semua ilmu pengetahuan.Maka tidak mengherankan jika
Gustave Lebon mengatakan bahwa “orang Arab-lah yang menyebabkan kita
mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”.
Karena besarnya peranan dan pengaruh Dinasti Abbasiyah
terhadap perkembangan kebudayaan dan kemajuan agama Islam maka dalam makalah
ini akan dibahas tentang:
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Dinasti
Abbasiyah
2. Bagaimana Pola pemerintahan Dinasti
Abbasiyah
3. Siapa saja yang pernah menjadi
khalifah Dinasti Abbasiyah
4. Bagaimana peta kekuasaan
Dinasti Abbasiyah
5. Apa saja penyebab runtuhnya dinasti
Abbasiyah.
B. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI
ABBASIYAH
Dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasyiah,sebagaimana
disebutkan,melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas paman nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s/d 656 H (1258). Selama
dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Ketika Dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan
usaha perebutan kekuasaan.Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan
kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa.Khalifah
itu dikenal liberal dan memberikan toleransi pada kegiatan keluarga Syi’ah.
Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin
Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami
kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara
itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani
hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar.Barulah usaha perlawanan itu
berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh
Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.
Orang-orang Abbasiyah,sebut saja Bani Abbas merasa lebih
berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah
keturunan Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi.
Menurut mereka,orang-orang Umayyah secara paksa menguasai kekhalifahan melalui
tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah
mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam bentuk pemberontakan terhadap
Bani Umayyah.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan
dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam
Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah,
gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad.
Ibrahim tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran
sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan
untuk pindah ke Kufah. Dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salaman.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin
Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah
selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali, salah
seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah
terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah
ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya
terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M. dengan demikian maka
tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah. dengan pusat
kekuasaan awalnya di Kufah.
Pergantian kekuasaan Dinasti Umayyah
oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar
belakang agama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui
perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah, menjelang akhir
Daulah Amawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain
disebabkan:
1.
Penindasan
yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2.
Merendahkan
kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan
dalam pemerintahan.
3.
Pelanggaran
terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan terang-terangan.
Oleh
karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan
gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Amawiyyah. Gerakan ini menghimpun
a)
Keturunan
Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah
b)
Keturunan
Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman
c)
Keurunan
bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan.Dengan usaha ini,
pada tahun 132 H/750 M tumbanglah Daulah Amawiyah dengan terbunuhnya Marwan ibn
Muhammad, Khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri Daulah
Abbasiyah dengan diangkatnya Khalifah pertama, Abdullah ibn Muhammad, dengan
gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun [132-136 H/750-754
Pada awalnya kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah
sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu as-Saffah (750-754 M) sebagai
Khalifah pertama. Khalifah penggantinya, Abu Ja’far al-Mansur (754-775 M)
memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad.Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran
dalam mengembangkan pemerintahan. Sehingga dapatlah dikelompokkan masa daulah
Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan dengan corak pemerintahan. Sedangkan
menurut asal- usul penguasa selama masa 508 tahun Daulah Abbasiyah mengalami
tiga kali pergantian penguasa.Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk.
C. POLA PEMERINTAHAN ABBASIYAH
Kekhalifahan Bani Abbas bertumpu pada
banyak sistem yang pernah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa sebelumnya baik yang
muslim maupun non-muslim. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh
khalifah kedua, Abu Ja’far Al-Mansur yang dikenal sebagai pembangun khilafah
tersebut. Sedangkan sebagai pendiri Abbasiyah ialah Abul Abbas as-Shaffah.
Dukungan dan sumbangan bangsa Persia kentara sekali ketika Abbasiyah berdiri
dengan munculnya Abu Muslim Al-Khurrasani dan memang wilayah operasional bangsa
ini berada di bekas reruntuhan kerajaan Persia. Kebangkitan orang-orang Persia
itu antara lain juga karena sudah bosannya mereka terhadap kebijaksanaan
pemerintah Umayyah yang diskriminatif terhadap bangsa non-Arab yang menjadikan
mereka warga negara kelas dua (kaum mawalli). Maka tidak mengherankan
bila kekhalifahan Abbasiyah mengambil nilai-nilai Persia dalam sistem
pemerintahannya.
Bangsa Persia mempercayai adanya hak
agung raja-raja yang didapat Tuhan, oleh karena itu para khalifah Abbasiyah
memperoleh kekuasaan untuk mengatur negara langsung dari Allah bukan dari
rakyat yang berbeda dari sistem kekhalifahan yang diterapkan oleh
Khulafaurrasyidin yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan tertinggi mereka
diletakkan pada ulama, sehingga pemerintahannya merupakan sistem teokrasi Pada
periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Kemakmuran rakyat mencapai tingkat
tertinggi.
Setelah pemerintahan Abul Abbas
(750-754 M) yang relatif sangat singkat, dilanjutkan dengan pemerintahan Abu
Ja’far Al-Mansur (754-775 M). dengan keras dia hadapi lawan-lawannya dari
Umayyah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Pada
mulanya ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Al-Manshur
memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di bangunnya, yaitu Baghdad.
Disini Al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan
yudikatif. Di bidang pemerintahn ini, dia menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat seorang wazir sebagai koordinator departemen. Dia juga membentuk
lembaga protokol negara, sekretaris negara dan kepolisian disamping membenahi
angkatan bersenjata.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai
puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun
(813-833 M). tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah
ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah
negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat periode :
1.
Masa Abbasiyah
I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya daulah khalifah Al-Watsiq 232 H/847 .
2.
Masa Abbasiyah
II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya
daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M
3.
Masa Abbasiyah
III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H sampai masuknya kaum
Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M
4.
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M
sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
tahun 656 H/1258 M
Dalam sudut pandang lain, dikatakan
bahwa perkembangan daulah Abbasiyah dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama,
tahun 132-232 H dimana para khalifah Abbasiyah berkuasa penuh. Semua wilayah
Islam berada di tangan kekuasaan Abbasiyah terkecuali Andalusia yang ada di bawah
Bani Umayyah. Kedua, tahun 232-590 H tatkala kekuasaan para khalifah
Abbasiyah sebenarnya berada di tangan orang lain yakni di tangan orang-orang
Turki (Atrak), Bani Buwaih dan Bani Saljuk. Ketiga, tahun 590-659 H
kembalinya kekuasaan Abbasiyah di tangan mereka tetapi wilayah kekuasaannya
menyempit, yaitu hanya di sekitar Baghdad saja.
D.
PARA KHALIFAH
DINASTI ABBASIYAH
Sistem pengangkatan putra mahkota dalam
dinasti ini, mengikuti cara Dinasti Bani Umayyah. Namun ada pemakaian gelar bagi para khalifahnya,
seperti Abu Ja’far. Ia memakai gelar Al-Manshur. Para khalifah bani Abbasiyah
berjumlah 37 khalifah, mereka adalah :
NO
|
KHALIFAH
|
NO
|
KHALIFAH
|
1
|
Abul Abbas
Ash-Shafah
|
20
|
Abul abbas
Ahmad Ar-Radi
|
2
|
Abu Ja’far
Al-Manshur
|
21
|
Abu Ishaq
Iabrahim Al-Muttaqi
|
3
|
Abu Abdullah
Muhammad Al-Mahdi
|
22
|
Abul Qasim
Abdullah Al-Mustaqfi
|
4
|
Abu Muhammad
Musa Al-Hadi
|
23
|
Abul Qasim
Al-Fadl Al-Mu’ti
|
5
|
Abu Ja’far
Harun Ar-Rasyid
|
24
|
Abul Fadl
Abdul Karim At-Thai
|
6
|
Abu Musa
Muhammad Al-Amin
|
25
|
Abul Abbas Ahmad
Al-Qadir
|
7
|
Abu Ja’far
Abdullah Al-Ma’mun
|
26
|
Abu Ja’far
Abdullah Al-Qaim
|
8
|
Abu Ishaq
Muhammad Al-Mu’tashim
|
27
|
Abul Qasim
Abdullah Al-Muqtadi
|
9
|
Abu Ja’far
harun Al-Watsiq
|
28
|
Abul Abbas
Ahmad Al-Mustadzir
|
10
|
Abu Fadl
ja’far Al-Mutawakil
|
29
|
Abu Manshur
Al-Fadl Al-Mustarsyid
|
11
|
Abu Ja’far
Muhammad Al-Muntashir
|
30
|
Abu Ja’far
Al-Mansur Ar-Rasyid
|
12
|
Abul Abbas
Ahmad Al-Musta’in
|
31
|
Abu Abdullah
Muhammad Al-Muqtafi
|
13
|
Abu Abdullah
Muhammad Al-Mu’taz
|
32
|
Abul Mudzafar
Al-Mustanjid
|
14
|
Abu Ishaq Muhammad
Al-Muhtadi
|
33
|
Abu Muhammad
Al-Hasan Al-Mustadi
|
15
|
Abul Abbas
Ahmad Al-Mu’tamid
|
34
|
Abul Abbas
Ahmad An-Nasir
|
16
|
Abuk Abbas
Ahmad Al-Mu’tadid
|
35
|
Abu Nasr
Muhammad Az-Zahir
|
17
|
Abul Muhammad
Ali Al-Muktafi
|
36
|
Abu Ja’far
Al-Mansur Al-mustansir
|
18
|
Abul Fadl
Ja’far Al-Muqtadir
|
37
|
Abu Abdullah
Al-Mu’tashim Billah
|
19
|
Abu Mansur
Muhammad Al-Qahir
|
E.
EXPANSI WILAYAH DINASTI ABBASIYAH
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan
selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan
menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada
tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya
orang Turki (dan kemudian diikuti oleh orang Mamluk di Mesir pada pertengahan
abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari
kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol
yang menyatukan dunia Islam.Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim
bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain,
seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah yang mengaku bahwa anak
perempuannya adalah keturunan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah
pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada
awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian,
ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum
akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah
mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani
Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani
Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian
mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya
dijatuhkan kembali pada tahun 1031.Untuk lebih jelasnya tentang wilayah Dinasti
Abbasiyah ini dapat dilihat pada peta berikut ini.
F.
RUNTUHNYA DINASTI ABBASIYAH
Menurut Dr. Badri yatim, M.A., diantara hal yang menyebabkan
kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut
a. Persaingan Antar bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang
bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh
persamaan nasib kedua golongan itu pada masa bani Umayyah berkuasa.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan
sejak awal khilafah Abbasiyah berdiri.
b. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di
bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.
c. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan
kebangsaan. Konflik yang muncul menjadi isu sentra sehingga menyebabkan
perpecahan. Berbagai alirn keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah,
dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami
kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
d. Perang Salib
Merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang salib
yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi
pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib sehingga
memunculkan kelemahan-kelemahan.
e. Serangan Bangsa
Mongol
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad
sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah hanyut dibawa sungai
Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu
Khan pada tahun 1258 M. semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut
dihancurkan pasukan Mongol, meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang
ilmu, dan membakar buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini
diserang pula oleh pasukan Timur Lenk dan pada tahun 1508 M oleh tentara
kerajaan Syafawi.
Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna
air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan
tinta yang ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah
yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban
Islam dengan gemilang.
A.KESIMPULAN
1. Orang-orang Abbasiyah,sebut
saja Bani Abbas merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan
Islam, sebab mereka adalah keturunan Bani Hasyim yang secara nasab keturunan
lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka,orang-orang Umayyah secara paksa
menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk
mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam
bentuk pemberontakan terhadap Bani Umayyah.Disamping itu mereka sudah bosan
dengan perlakuan-perlakuan yang menurut mereka sangat diskriminatif anatara
lain Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada
umumnya,Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak
diberi kesempatan dalam pemerintahan dan Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan
hak-hak asasi manusia dengan terang-terangan.
2. Selama dinasti
Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat
periode :
-
Masa Abbasiyah
I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya daulah khalifah Al-Watsiq 232 H/847 .
-
Masa Abbasiyah
II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya
daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M
-
Masa Abbasiyah
III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H sampai masuknya kaum
Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M
3. Bani Abbasiyah berhasil memegang
kekuasaan selama kurang lebih 5 abad dengan dipimpin oleh 37 khalifah dan
khalifah yang paling terkenal adalah Al-Makmun dan Harun Arrasyid.
4. Khalifah Abbasiyah mempunyai wilayah
yang sangat luas mualai dari Asia Barat( Irak,Iran dan beberapa Negara yang
sekarang berada di wilayah jazirah Arab).Beberapa Negara di wilayah Afrika
Utara dan juga Eropa.
5. Bani Abbasiyah runtuh pada tahun
1258 setelah diserang oleh tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
B.PENUTUP
ilmu pengetahuan akan terus mengalami sebuah perkembangan yang akan terus berlanjut tanpa ada henti. Namun mempelajari sejarah bagaimana ilmu pengetahuan tersebut berkembang dan juga tidak kalah penting.
Kita semua dapat mengambil hikmah dari semua, juga mungkin akan termotivasi oleh para tokoh pembesar dunia yang sangat berjasa di level internasional dari dulu hingga kini. Mereka telah meninggalkan bekal untuk kita semua dalam hal ilmu pengetahuan yang masih dapat kita kembangkan hingga sedetil detilnya.
Oleh karena itu kita semua harus berusaha memahami dan mengaplikasikan teori ilmu pengetahuan yang sudah tersedia dan sangat mudah untuk dipelajari. Tidak menutup kemungkinan dengan seperti itu kita dapat menjadi salah satu dari mereka di masa yang akan datang.
ilmu pengetahuan akan terus mengalami sebuah perkembangan yang akan terus berlanjut tanpa ada henti. Namun mempelajari sejarah bagaimana ilmu pengetahuan tersebut berkembang dan juga tidak kalah penting.
Kita semua dapat mengambil hikmah dari semua, juga mungkin akan termotivasi oleh para tokoh pembesar dunia yang sangat berjasa di level internasional dari dulu hingga kini. Mereka telah meninggalkan bekal untuk kita semua dalam hal ilmu pengetahuan yang masih dapat kita kembangkan hingga sedetil detilnya.
Oleh karena itu kita semua harus berusaha memahami dan mengaplikasikan teori ilmu pengetahuan yang sudah tersedia dan sangat mudah untuk dipelajari. Tidak menutup kemungkinan dengan seperti itu kita dapat menjadi salah satu dari mereka di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Sejarah peradaban Islam, Jakarta :
Amzah, 2009
http://erfins.wordpress.com/category/bani-abbasiyah/ diakses tanggal 27 Juni 2012
Karim, Abdul, Islam di Asia Tengah
(Sejarah Dinasti Mongol- Islam), Yogyakarta: Bagaskara, 2006
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007
Mahmudunnashir,Syed, Islam Konsepsi
dan Sejarahnya, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta:
Logos, 1997
Sunanto
Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Cet. I (Bogor: Prenada Media, 2003)
Su’ud
Abu, Islamologi, Cet. I, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang:
PT Pustaka Rizki Putra, 2010.
Thahir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2000
Ediiting by :Illa Tahiraa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar